To Be Intelectual Emotional and Spiritual Integrity

Sebuah Impian untuk mambangun lembaga pendidikan yang mampu mensinergikan antara potensi atau kecerdasan intelaktual, emosi dan spiritual yang pada akhirnya akan terbangun umat yang terbaik (khairu ummah)

Minggu, 19 Juni 2011

Perkembangan Seksualitas Remaja Oleh: Dika Setiawan

A. Pendahuluan

Darah muda darahnya para remaja, yang selalu merasa gagah, tak pernah mau mengalah, masa muda masa yang berapi-api, yang maunya menang sendiri walau salah tak perduli, darah muda, biasanya para remaja, berpikirnya sekali saja, tanpa menghiraukan akibatnya wahai kawan para remaja, waspadalah dalam melangkah, agar tidak menyesal akhirnya, darah muda darahnya para remaja, yang selalu merasa gagah, tak pernah mau mengalah, darah muda…., itulah ungkapan bang Roma Irama dalam syair lagunya yang berjudul Darah Muda, yang menegaskan kepada kita tentang sifat remaja yang digambarkan bahwa kaum remaja dalam melakukan tindakanya tidak berpikir seribu kali terhadap akibat yang akan dirtimbulkannya.

Dari pada itu, masa remaja adalah masa—emas katakanlah—dimana untuk mengeksplorasi kemampuan diri dan mengasah diri untuk menyalurkan potrensi-potensi terbaiknya secara lebih maksimal. Masa emas seperti ini terkadang masih belum digunakan dengan optimal oleh remaja untuk berekspresi secara positif, justru malah kita jumpai bahwa kebanyakan masa remaja digunakan untuk bersuka ria—kalu tidak dikatakan berfoya-foya—untuk memperlihatkan dirinya (berdaya), kepada pasangannya (pacar) atau temannya. Hampir pada masaa ini remaja menghabiskan waktu terbanyaknya untuk mengurusi masalah cintanya (paacaran). Dan model pacaran yang dilakukannyapun tidak tanggung-tanggung hanya sekedar cinta monyet, tetapi bahkan menyamai hubungan orang yang sudah bersuami istri. Hal ini bisa dipahami karena pada masa ini gejolak jiwa remaja mulai menunjukan peningkatan yang signifikan karena akibat terjadinya pematangan alat reproduksi dari remaja baik pria maupun wanita. Tidak heran jika ada sebagaian remaja, yang tidak kuat dengan gelora jiwa yang membara, sehingga untuk meredakannya, selain dengan berpacaran, bercipika-cipiki, bercumbu, dan lain-lain yaitu dengan melakukan onani atau masturbasi. Tentunya hal ini menjadi keprihatinan dan tanggung jawab kita bersama untuk menuntut penyelesaian terhadap persoalan ini.

B. Pembahasan

Kata remaja dalam istilah orang Barat disebut sebagai adolescence yang berasal dari bahasa latin adolescere—kata bendanya adolescentia: remaja—yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.

Kata adolesen, digunakan untuk menunjukan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Sedang batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara usia 12 sampai 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga yaitu: 12-15 tahun, masa remaja awal; 15-18 tahun, masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Sedang Monks, knoers dan Haditono (dalam Desmita, 2005) membagi masa remnaja menjadi empa,t yaitu: masa pra remaja atau pra pubertas (10-12 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja awal sampai masa remaja akhir inilah yang disebut dengan masa adolesen.[i]

Ada juga yang membagi masa remaja menjadi, masa pra bubertas/ pueral (12-14 tahun), masa pubertas (14-18 tahun) dan masa adoleson (18-21 tahun).[ii] Menurut pemahaman ini anak dikatakan sebagai remaja sesungguhnya jika telah sampai pada usia 18-21 tahun. Artinya pada masa usia 12-18 tahun anak belum disebut sebagai remaja sesunggunhnya karena pada masa ini seorang anak baru mengalami suatu masa menuju masa remaja. Walapun terdapat perbedaan pembagian masa remaja, ternyata para ahli telah sepakat untuk menetapkan keumuman dimulainya dan diakhirinya masa remaja yaitu pada usia 12-21 tahun. Proses rentang perkembangan inilah yang disebut sebagai masa adolesen atau masa remaja. Artinya bahwa anak yang berusia 12 tahun ini yang dalam perkembangnanya menuju remaja disebut juga sebagai remaja, tidak seperti pada pandangan yang kedua yang mengatakan bahwa seseorang disebut sebagai remaja jika sudah berusia antara 18-21 tahun. Kalupun ada pembagian, bagi penulis, penulis setuju—dengan kritis—dengan pembagian ahli yang membaginya dengan masa remaja awal, remaja pertengahan dan remaja akhir. Kritis penulis tentang pembagian ini adalah adakah perbedaan hal yang menonjol dalam perkembangan remaja antara masa remaja awal, remaja pertengahan dan remaja akhir, sehingga pembagian masa remaja ini diperlukan.

Dari masa perkembangan remaja, baik remaja pria dan remaja wanita, yang dimulai dari mulai usia 12-21 tahun apakah memiliki kesamaan dimulainya masa remaja? Artinya bahwa jika ada remaja pria dan remaja wanita yang sama-sama memiliki usia yang sama katakanlah 12 tahun apakah keduanya sama-sama baru dimulai masa remajanya? Ternyata hal yang seperti ini oleh para ahli dibedakan, jika tadi ada remaja yang sama-sama memiliki usia 12 tahun, kemungkinan besar remaja wanita, 1,5 sampai dengan 2 tahun telah mengalami masa remaja terlebih dahulu dibandingkan dengan remaja pria.[iii]

Adapun cirri terjadinya perubahan antara masa anak-anak ke remaja, pada remaja wanita biasanya ditandai dengan menstruasi pertama yang disebut menarche yaitu menstruasi ynag pertama kali dialami oleh seorang gadis. Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak wanita telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan. Munculnya menstruasi pada wanita ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah, didekat uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormone-hormon estrogen dan progesterone hormone progesteron bertugas untuk mematangkan dan menyiapkan sel telur (ovum) sehingg asiap dibuahi. Sedangkan hormone estrogen adalah hormon yang mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang wanita, seperti, pembesaran payudara dan pinggul, suara halus, tumbuh suburnya rambut kemaluan, dll. Hormon ini juga mengatur siklus haid. Oleh karena itu, menstruasi pertama pada seorang gadis didahului oleh sejumlah perubahan lain yang meliputi pembesaran payudara, kemunculan rambut disekitar daerah kelamin, pembesaran pinggul dan bahu. Selanjutnya, ketika percepatan pertumbuhan mencapai puncaknya maka, ovarium, uterus, vagina, labia dan klitoris berkembang pesat.[iv]

Sedang remaja pria, keluarnya sperma (ejaculation of semen) melalui mimpi. Ciri-ciri seks primer pada pria ini sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon perangsang pria ini merangsang testis sehingga testis menghasilkan hormon testosterone dan androgen serta spermatozoa. Seperma yang dihasilkan dalam testis selama masa remaja ini, memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, kadang-kadang sekitar usia 12 tahun, anak laki-laki kemungkinan untuk mengalami penyemburan air mani (ejaculation of semen).[v]

Jika pada usia kira-kira sebelum masa remaja, katakanlah 8-9 tahun anak laki-laki mengeluarkan mani tetapi bukan dari hasil mimpi tetapi onani, apakah bisa dikatakan anak tersebut telah mengalami masa percepatan remaja? Berbeda dengan anak wanita yang tidak bisa disegerakan maupun diundurkan kedatangan sang bulan (menstruasi), pada anak laki-laki pengeluaran sperma atau mani dapat disegerakan, apakah dengan ini menandakan anak tersebut telah mengalami masa remaja. Dalam kasus seperti ini, untuk melihatnya hendaknya tidak hanya berpegangan bengan ciri primer tetapi juga dilihat ciri sekunder. Jika memang anak tersebut telah mengeluarkan mani dengan cara paksa pada usia 8-9 tahun katakanlah, tetapi ternyata anak tersebut belum memiliki tanda-tanda jasmaniah yang dapat terlihat, seperti, tumbuh kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat tumbuh bulu diketiak, didada, dikaki dan dilengan dan disekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Jika tanda-tanda seperti ini belaum nampak pada anak laki-laki walaupun sudah keluar mani (dengan dipaksa) maka belum dikatakan sebagai remaja. Tetapi jika telah memiliki tanda-tanda tersebut maka anak yang demikian bisa disebut sebagai remaja walau usianya masih 8 atau 10 tahun, hal ini terjadi karena memang batasan dimulainya masa remaja antara anak yang satu dengan anak yang lainnya berbeda-beda, akan tetapi secara umumnya masa awal dimulainya remaja adalah sekitar usia 12 tahun.

Oleh para ahli dikatakan bahwa ternyata perkembangan anak yang berbeda itu dipengaruhi oleh faktor iklim. Di negara yang memiliki iklim lebih panas seperti Arab Saudi, maka kecepatan masa remajapun akan terjadi lebih awal yaitu dimulai usia 11 tahun dan di Malabar terjadi pada usia 8-9 tahun, sedang di negara yang memiliki iklim lebih dingin maka akan semakin lambat pula dimulainya masa remaja yaitu dimulai sekitar usia 17 tahun.[vi]

Ciri-ciri Perubahan Perkembangan Sek Remaja

a. Ciri perubahan kelamin primier

Tanda perubahan kelamin primier dimulai dengan berfungsinya organ- organ genetal yang ada, baik dalam maupun luar badan. Perubahan ini jika terjadi pada lelaki ditandai dengan mulainya keluar air mani (sperma) saat mimpi basah. Sedangkan pada perempuan ditandai dengan mansturbasi (haid) pertama kali. Mulainya berfungsi organ sexsual tersebut akan diikuti dengan kesiapan orang tersebut untuk membuahi dan dibuahi (hamil).

b. Ciri perubahan kelamin sekunder

Kelamin sekunder adalah organ tubuh tertentu yang tidak ada hubungan dengan proses pembuahan atau proses reproduksi. Padai laki-laki perubahan ini di tandai dengan:

1) Perubahan suara (membesar dan sedikit parau)

2) Bidang bahu membesar

3) Perubahan Penis jika ada rangsangan sexsual

4) Mulai tumbuh bulu-bulu pada organ tertentu (ketiak, dada, sekitar kelamin)

Sedangkan pada perempuan perubahan organ sekunder ini di tandai dengan:
1) Suara lebih bagus (halus)
2) Kulit muka dan sekitar halus dan kencang
3) Bidang bahu mengecil sedangkan bidang pinggul membesar
4) Buah dada mulai membesar
5) Tumbuh bulu-bulu disekitar ketiak dan alat kelamin
6) Alat kelamin membesar dan mulai berfungsi

c. Ciri perubahan kelamin Tertier

Tanda perubahan pada organ tertier ini ada hubungannya dengan psikis. Yaitu laki-laki nampak melakinya dan wanita nampak kewanitaannya dalam segala gerak tubuhnya. Intinya laki-laki dan perempuan memiliki kekhasan tersendiri yang bisa membedakan keduanya.

Adapun salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Sehubungan dengan hal ini Santrock (dalam Desmita, 2005)[vii], mengambarkan sebagai berikut: during adolescence, the lives of male and female become wrapped is sexuality… adolescence is a time of sexual exploration and experimentation, of sexual fantasies and sexual realities, of incorporating sexuality into one’s indentity. Adolescents have an almost insatiable curiosity about sexuality’s mysteries. They think about whether they are sexuality attractive, whether they will grow more, whether any one will love them, and whether its normal to have sex. The majority of adolescents manage eventually to develop a mature sexual identity, but for most there are periods of vulnerability and confusion along life’s sexual journey.

Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja. Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, dan bahkan lebih tinggi dari dari dorongan seksual orang dewasa, Tidak jarang dorongan-dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.

Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan aktifitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual. Dari sekian banyak bentuk tingkah laku seksual yang diekspresikan remaja salah satunya yang paling umum adalah melakukan onani atau masturbasi. Suatu investigasi yang pernah dilakukan oleh Haas (dalam Desmita, 2005)[viii] ditemukan bahwa masturbasi atau onani sudah merupakan aktifitas seksual yang lumrah dikalangan remaja. Lebih dari satu pertiga remaja laki-laki dan satu setengah remaja perempuan melakukan masturbasi satu kali seminggu bahkan lebih. Penelitian Jones dan Barlow, dalam buku yang sama, juga menyatakan bahwa frekuensi masturbasi remaja pria lebih sering dari remaja perempuan.

Frekuensi

Laki-laki (%)

Perempuan (%)

Setiap hari

0

0

Dua kali seminggu

26,5

4,3

Satu kali seminggu

18,4

10,6

Sekali dua minggu

14,3

4’3

Satu kali sebulan

12,2

8,5

Lebih satu kali sebulan

12,5

25,5

Tidak pernah

16,3

46,8

Sumber: diadaptasi dari Desmita, 2005.

Kebanyakan ahli psikologi di Barat, memandang mastur basi sebagai suatu bentuk ekspresi seksual remaja yang normal. Sebab tidak ada fakta yang menegaskan bahwa masturbasi merupakan aktifitas yang berbahaya. Kebanyakan dokter jiwa juga memperkirkan bahwa tidak ada bahaya intrinsik dalam masturbasi dan mempercayainya sebagai sesuatu yang normal, cara sehat bagi remaja untuk menyalurkan dorongan seksual mereka. Meskipun demikain, beberapa remaja yang melakukan masturbasi mempunyai perasaan malu, bersalah dan perasaan takut kalau mereka berkembang menjadi sindrom masturbasi yang berlebihan. Dalam hal ini, masturbasi tetap dilakukan, sekalipun anak merasa sangat menyesal. Perasaan ini diperkuat oleh rasa kesepian dan fantasi, yang pada giliranya dapat menyebabkan depresi.

Disamping itu ada juga pendapat yang menyatakan bahwa, kebiasaan mengeluarkan sperma dengan tangan di saat syahwat bergejolak, dapat mengandung banyak bahaya sebagaimana dijelaskan oleh para dokter kesehatan. Seperti badan lemah, anggota tubuh kaku dan bergetar, penglihatan kabur, perasaan berdebar-debar dan pikiran tidak menentu. Belum lagi hal ini akan mempengaruhi produksi berbagai organ reproduksi yang normal. Berkurangnya sel telur dan sperma hingga tidak bergairah. Selain itu Melazimkan diri dengan onani juga dapat membuat pelaku menjauhi nilai-nilai moral serta akhlak tinggi yang menjadi unsur utama kemuliaan.[ix]

Belakangan ini, sebagai dampak perubahan norma-norma budaya, aktifitas seksual remaja terlihat semakin meningkat. Sejumlah data penelitian menunjukan bahwa remaja mempunyai angka terbesar dalam melakukan aktifitas hubungan seksual. Fenomena ini jelas sangat mengkhwatirkan orang tua dan masyarakat. Sebab meskipun seksualitas merupakan bagian norma dari perkembangan, tetapi prilaku seksual tersebut disertai resiko-resiko, yang tidak hanya ditanggung oleh remaja itu sendiri melainkan juga oleh orang tua dan masyarakat.[x]

Sumber Masalah Seks Remaja

Perilaku negatif remaja terutama hubungannya dengan penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan diri mereka saja, melainkan ada faktor pendukung dari luar (faktor eksternal). Faktor-faktor yang menjadi sumber penyimpangan tersebut adalah: Pertama : kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembangan emosional yang tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma agama, ketidak mampuan mempergunakan waktu luang, tidak mampu dalam mengatasi masalah sendiri, berada dalam kelompok yang tidak baik, dan memiliki kebiasaan negatf terutama dirumah atau kurang disiplin dalam menjalankan kehidupan dirumah. Kedua : kualitas lingkungan keluarga yang tidak mendukung anak berlaku baik seperti, anak kurang bahkan tidak mendapatkan kasih saying berarti akibat kesibukan kedua orang tua diluar rumah. Ketiga : kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti lingkungan yang tidak ada pengajian agama dan lingkungan masyarakat yang telah mengalami kesenjangan komunikasi (Gap) antara tetangga. Keempat: minimnya kualitas informasi yang masuk pada remajasebagi akibat globalisasi. Akibatnya anak remaja sangat kesuitan atau jarang mendapat informasi sehat dalam sexsual. Bahkan justru media massa kini terutama media remaja cendrung mengutamakan bisnis dengan mengexsport sexsualitas yang tidak sehatdengan mengesampingkan pendidikan moral.

Dengan demikian, penyimpangan seksual remaja sampai kapanpun akan tetap merajalela sebelum terpecahnya keempat masalah tersebut diatas. Terutama kehidupan agama dilingkungan keluarga mengingat masyarakat berawal dari masalah di keluarga.[xi]

Penyimpangan Sekual Remaja

Berbagai penyimpangan seksual yang dilakukan remaja dalam berbagai tipe penyimpangan. diantaranya sebagai berikut:

a. Masturbasi atau Onani

Kebisaaan onani pada remaja adalah fenomena yang layak dicermati. Umumnya remaja sadar perbuatan tersebut tidak baik. Namun mereka kesulitan untuk menghentikannya. Tak heran perilaku ini merajalela dikalangan remaja. Menurut Dr. Sarwito Wirawan Sarwono yang dimuat dalam bukunya berjudul “Pergeseran Norma Perilaku Seksual Kaum Remaja”. Dari 417 responden, 41,6 % remaja sering melakukan onani. Menurut Angker Dr. H. Ali Akbar yang dimuat dalam bukunya “Seksual Di Tinjau Dari Hukum Islam” dari 54 Responden 75% remaja rutin melakukan onani.

Onani atau sering disebut juga masturbasi, berasal dari bahasa latin, masturbsi yang berarti pemuasan kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan menggunakan tangan (mastur : tangan, batio: menodai) sehingga masturbasi berarti menodai diri sendiri dengan tangan sendiri (zalimunlinafsi) dan juga yang menyebut bahwa onani adalah manipulasi kelamin sehingga mendapat kepuasan seksual.

Menurut Dr. Kartini Kartono (1992)[xii] bahwa dari 9 dan 10 remaja yang melakukan onani, mendapat kebisaaan itu karena menirukan temannya, dan teman itu memberikan contoh, memberikan informasi dan rangsangan baik dengan buku atau bentuk lainnya. Sebagai akibat pengaruh dari pengaruh dari luar yang tidak menguntukan ini maka remaja sering melakukan onani di tambah lagi dengan stimulasi eksternal seperti buku cabul, baik berupa gambar, tulisan atau blu film.

b. Biseksual

Biseksual adalah orang yang mempunyai karakteristik psikologis dari kedua jenis kelamin. Menurut kamus psikologis daligulo, biseksual adalah mempunyai ciri kedua seks atau tertarik dalam tingkat yang sama oleh anggota kedua seks.

c. Heteroseksual

Istilah heteroseksual hampir identik dengan perzinaan, pelacuran dan promiscuity (gonta ganti pasangan). Kolompok hetoroseksual melakukan hubungan seksual normal yaitu terhadap lawan jenis, namun perakteknya dilakukan diluar jalur nikah. Para psikologis dan seksolog ada yang membedakan pezina dan pelacur, pelacur adalah mereka yang melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan uang, sedang pezina adalah mereka yang melakukan hubungan seksual atas dasar suka sama suka, hanya untuk memuaskan nafsu seksualnya.

d. Homoseksual

Menurut kamus psikologis, homoseksualiti adalah kecendrungan memiliki hasrat seksual atau mengadakan hubungan seksual dengan jenis kelamin yang sama. Menurut ensiklopedi Indonesia, homoseksualitas adalah istilah untuk menunjukan gejala-gejala adanya dorongan seksual dan tingkah laku untuk dipakai menunjukan seseorang terhadap orang lain berkelamin sejenis. Perbuatan seperti ini identik dengan yanga dilakukan oleh kaum Nabi Luth as. dulu yang pada waktu itu dihancurkan oleh Allah SWT. Di Indonesia sendiri telah ada keompok yang menghususkan pada kelompok gay dan lesbian yang mereka namakan (KKGLN) dipimpin oleh Dr. Dede Soetomo. Mereka memproklamirkan diri tahun1992.

e. Free Sex

Pada dasrnya semua penyimpangan seksual yang dibahas dalam buku ini termasuk jenis free sex bebas. Namun yang dimaksud free sex disini lebih luas dan tak terbatas. Kelompok free sex menghalalkan segala cara dalam melakukan seks dan tak terbatas pada kelompok orang. Mereka tidak berpegang pada morlitas atau nilai-nilai manusiawi. Di amerika serikat kelompok ini membentuk komunitas tersendiri dan mengasingkan sendiri dalam sebuah pulau yang mereka namakan perkampungan NUDIS. Dan di jepang kelompok ini ada di daerah kabukicho daerah bursa seks terbesar di jepang. Di Indonesia sendiri gejala seperti ini mulai ada nampak banyak kasus kumpul kebo yang terungkap dikalangan pelajar dan mahasiswa.

f. Transeksualisme

Transeksualisme adalah perilaku yang menunjukan keengganan untuk menerima jenis kelamin yang dimiliki, mereka menginginkan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena menurut perasaanya dirinya cocok menjadi laki-laki atau wanita. Fenomena seperti ini sering dialami laki-laki yang segi fisiknya secara umum memang laki-laki tapi sebagian perilaku baik gaya bicara, berjalan menyerupai wanita. Atau dialami wanita yang dari segi fisik memang wanita namun ada perilaku atai anggota badannya menyerupai laki-laki. Yang menjadi permasalahan adalah manakala mereka melakukan hubungan kelamin. Hal ini tidak ada bedanya dengan kaum homosexsual atau bisexsual sekalipun format berbeda.

g. Samen Leven

Perilaku samen leven adalah perilaku hidup bersama atau kelompok tanpa ada sedikitpun niat untuk melangsungkan pernikahan. Dasar pijakan mereka adalah kepuasan seksual, baik secara suka sama suka atau mungkin hanya sekedar memenuhi kebutuhan seksual secara seketika dengan cara mudah tanpa ada cinta sama sekalil.

h. Exibeosinisme

Exibiosinisme adalah perilaku yang mendapat kepuasan seksual dengan cara menampakan alat kelaminnya pada orang dikenal maupun pada yang tidak dikenalnya pada sejenis atau jenis berbeda tanpa ada kelanjutan untuk melakukan hubungan seksual langsung. Mereka bisaanya merasa lebih bangga jika ternyata kelaminnya diekspor dimedia massa. Perilaku ini bisaanya dilakukan oleh remaja barat.

i. Voyeurisme

Voveurisme adalah perilaku yang dapat kepuasan seksual dengan hanya melihat aurat lain yang sedang terbuka atau tidak sengaja dibuka. Perilaku ini bisa dilihat langsung dengan orang yang diintipnya (dilihatnya), namun bisa jadi ia mengadakan hubungan dengan orang lain atau pada mereka yang tidak berdaya. Namun pada dasarnya voyeurisme adalah perilaku yang hanya terbatas pada kepuasan melihat aurat orang lain.

j. Fethisme

Fethisisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual hanya memegang, memiliki atau melihat benda-benda atau pakaian yang sering dipakai perempuan, umpamanya sapu tangan, BH, celana dalam, dan lain-lain. Perilaku seperti ini tidak terlepas dari keinginan pemuasan seksual yang sesungguhnya (hubungan intim), namun ada berbagai kendala tentu yang menghalangi seperti merasa terlalu muda, belum nikah atau memiliki norma sehingga takut melakukan intim diluar nikah. Perilaku seperti ini tidak bermanfaat dan merusak mental.

k. Sadisme

Sadisme dalam bidang seksual (sadisme seks) yaitu suatu penyimpangan yang merasa mendapatkan kepuasan denga melukai pasangannya sekalipun ia tidak melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya pelaku seks lain, namun sadisme pada dasrnya bentuk kejenuhan dari si pelaku itu sendiri yang kemungkinan sebelumnya telah melakukan kekerasan selain hubungan seks. Latar belakang munculnya perilaku sadisme mungkin dalam masa kanak-kanaknya mendapat perlakuan yang bertentangan denga nuraninya baik dari lingkungan keluarga maupun masyarakat sehingga secara psikologi ia merasa tertindas dan ketertindasann ini semakin menahun (terobsesi) manakala ia menemukan respon yang mengarah pada pengalaman dulu.

l. Masokisme

Masokisme perilaku sebaliknya dari sadisme. Masokisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual dengan cara melukai diri sendiri atau meminta dilukai. Hal itu bisa dilakukan dengan cara memukul diri sendiri diwilayah dada, perut, tangan, dan lain-lain bahkan mungkin bias menjerumuskan pada bunuh diri.

m. Troilisme

Troilisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual jika aktivitas seksualnya disaksikan orang ketiga atau orang lain yang bersedia dibayar atau sukarela. Gejala menyimpag seperti ini sebagai bentuk kurang percaya diri yang akut (kronis). Jadi ia merasa tidak puas bersenggama jika belum ada orang lain yang menilainya apakah senggamanya itu benar-benar atau tidak. Perilaku seperti ini sangat sulit dilakukan terlebih lagi jika salah satu padangannya tidak mau atau tidak ada orang lain yang sanggup menyaksikan.

n. Sodomi

Sodomi pada awalnya istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang berhubungan badan dengan binatang. Namun ini ada perluasan makna adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual dengan menyetubuhi dari dubur dan membunuh wanita, anak kecil maupun dewasa, dan biasanya terhadap orang yang memang biasa dikuasainya dari segi psikologis. Sebelum melakukan, biasanya mereka merayu korban terlebih dahulu dengan berbagai iming-iming umpamanya dapat uang atau akan mendapatkan kesaktian tertentu. Cara membunuh pasangannya, pelaku sodomi teramat sadis, diantaranya mencekik, membedah perut, menyayat, melukai, kemaluan dan menyembelih kurban.

o. Pemerkosaan

Perilaku penyimpangan yang merasa kepuasan seksual dengan cara memaksa orang lain atau istrinya untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku penyimpangan seperti ini sangat bertentangan dengan norma susila dan tidak sejalan dengan fitrah sosial yang saling membantu dan memahami perasaan orang lain.

p. Aborsi

Aborsi atau pengguguran kandungan sebenarnya bukan bentuk penyimpangan seksual. Melainkan proses pembatalan kehidupan dan pemusnahan janin dari rahim si wanita. Sekalipun demikian, aborsi sangat erat hubungannya dengan free sex walaupun ada sebagian aborsi dikalangan pernikahan yang sah. Aborsi pada dasarnya erat kaitannya denganmenjamurnya free sex dikalangan remaja. Masa remaja yang masih tahap pencarian identitas, secara psikologis belum mampu menerima beban tanggung jawab. Aborsi juga berarti pelarian dari tanggung jawab.

Dari uraian yang telah dikemukakan, mengundang kita sekalian untuk mencarikan solusi atas problem penyimpangan perkemabangan seksualitas remaja. Adapaun solusi yang mungkin dapat digunkaan untuk mengatasi masalah penyimpangan seksualitas remaja, diantaranya yaitu:

1. Menanamkan nilai-nilai atau norma-norma baik agama, sosial budaya dan lain sebagainya, dari sejak dini. Yang dengan nilai-nilai yang tertanam ini diharapkan bisa menjadi benteng dari perbuatan yang buruk pada umumnya dan melakukan kegiatan seks yang belum waktunya pada khususnya.

2. Memberikan pendidikan seks pada anak atau remaja sesuai dengan proporsinya, yang bisa dilakukan di dalam keluarga maupun sekolah. Yang dalam hal ini anak atau remaja diharapkan bisa mengetahui dan memahami akibat apa yang akan ditimbulkannya jika melakukan seks diluar jalur yang dilegalkan, baik ditinjau dari segi agama, sosial, maupun kesehatan.

3. Memberikan peran yang besar kepada remaja untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, baik dilingkungan masyarakat maupun sekolah. Ini dimaksudkan untuk lebih mengakui eksistensi mereka dan menyibukan merekan dengan kegiatan yang positif sehingga celah untuk melakukan keburukan dalam hal ini seks, lebih kecil peluangnya

4. Memberikan terapi penyembuhan jika remaja sudah terlanjur terbiasa untuk melakukan seksualitas. Biasanya dilakukan dengan cara diasingkan dari lingkungan yang biasanya untuk kemudian diberi porsi banyak untuk belajar tentang agama didalam pondok pesantren. Yang dalam pondok pesanteren tersebut sudah terbangun budaya atau kebiasaan yang baik yang bisa memicu remaja tersebut untuk tertuntu untuk melakukannya, seperti shalat tahajud, pengajian, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya sebagai upaya untuk mendekatkan diri kapada Allah swt.

5. Jika memang remaja tersebut sudang sangat keterlaluan melakukan seksualitassehingga sudah tidak bisa dicegah atau dikendalikan karena sudah mendarah daging, maka mau tidak mau harus dinikahkan, bagi remaja yang sudah memenuhi syarat usia nikah.

C. Kesimpulan

Dari uraian diatas, sekiranya dapat diambil kesimpulan yaitu, bahwa masa remaja, masa dimana gejolak jiwa meningkat dengan pesat seiring matangnya atau siapnya alat reproduksi untuk melakukan reproduksi. Gejolak ini timbul tidak dengan sendirinya, tetapi timbul karena ada rangsangan dari luar. Karena tidak bisa mengendalikan gejolak ini, banyak dikalangan remaja untuk meredakanya dengan melakukan onani, melakukan seks dengan pacarnya atau bahkan melakukan penyimpangan-penyimpangan seks sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Untuk itu hal yang perlu dilakukan adalah melakukan usaha-usaha untuk menangani perkembangan seksualitas remaja ini dengan cara yang sifatnya prefentif maupun kuratif seperti yang telah disebutkan. Mungkin seperti itu. Wallahu A’lam Bishowab.



[i] Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 189-190.

[ii] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan; Untuk Fakultas Tarbiyah IKIP SGPLB serta Para Pendidik, Jakarta: 2005, hal. 21.

[iii] Ibid., hal. 122.

[iv] Desmita, Psikologi Perkembangan Pesrta Didik; Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 79.

[v] Ibid. hal. 78.

[vi] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan; Untuk Fakultas Tarbiyah IKIP SGPLB serta Para Pendidik, Jakarta: 2005, hal. 122.

[vii] Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005

[viii] Ibid., hal. 223.

[ix] http://yusuf-istiqomah.blogspot.com/2010/01/masturbasionani-dalam-pandangan-syariat.html

[x] Ibid., hal. 224.

[xi] http://www.scribd.com/doc/28121638/MAKALAH-REMAJA-DAN-SEX

[xii] Ibid.